Penyebab Phobia
Phobia
dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Pada umumnya phobia
disebabkan karena pernah mengalami ketakutan yang hebat atau pengalaman
pribadi yang disertai perasaan malu atau bersalah yang semuanya kemudian
ditekan kedalam alam bawah sadar. Peristiwa traumatis di masa kecil
dianggap sebagai salah satu kemungkinan penyebab terjadinya phobia.
Lalu
bagaimana menjelaskan tentang orang yang takut akan sesuatu walaupun
tidak pernah mengalami trauma pada masa kecilnya? Martin Seligman di
dalam teorinya yang dikenal dengan istilah biological preparedness
mengatakan ketakutan yang menjangkiti tergantung dari relevansinya sang
stimulus terhadap nenek moyang atau sejarah evolusi manusia, atau dengan
kata lain ketakutan tersebut disebabkan oleh faktor keturunan.
Misalnya, mereka yang takut kepada beruang, nenek moyangnya pada waktu
masih hidup di dalam gua, pernah diterkam dan hampir dimakan beruang,
tapi selamat, sehingga dapat menghasilkan kita sebagai keturunannya.
Seligman berkata bahwa kita sudah disiapkan oleh sejarah evolusi kita
untuk takut terhadap sesuatu yang dapat mengancam survival kita.
Pada
kasus phobia yang lebih parah, gejala anxiety neurosa menyertai
penderita tersebut. Si penderita akan terus menerus dalam keadaan phobia
walaupun tidak ada rangsangan yang spesifik. Selalu ada saja yang
membuat phobia-nya timbul kembali, misalnya thanatophobia (takut mati),
dll.
Perlu
kita ketahui bahwa phobia sering disebabkan oleh faktor keturunan,
lingkungan dan budaya. Perubahan-perubahan yang terjadi diberbagai
bidang sering tidak seiring dengan laju perubahan yang terjadi di
masyarakat, seperti dinamika dan mobilisasi sosial yang sangat cepat
naiknya, antara lain pengaruh pembangunan dalam segala bidang dan
pengaruh modernisasi, globalisasi, serta kemajuan dalam era informasi.
Dalam kenyataannya perubahan-perubahan yang terjadi ini masih terlalu
sedikit menjamah anak-anak sampai remaja. Seharusnya kualitas perubahan
anak-anak melalui proses bertumbuh dan berkembangnya harus diperhatikan
sejak dini khususnya ketika masih dalam periode pembentukan (formative
period) tipe kepribadian dasar (basic personality type). Ini untuk
memperoleh generasi penerus yang berkualitas.
Berbagai
ciri kepribadian/karakterologis perlu mendapat perhatian khusus
bagaimana lingkungan hidup memungkinkan terjadinya proses pertumbuhan
yang baik dan bagaimana lingkungan hidup dengan sumber rangsangannya
memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak, khususnya dalam
keluarga.
Berbagai
hal yang berhubungan dengan tugas, kewajiban, peranan orang tua,
meliputi tokoh ibu dan ayah terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak,
masih sering kabur, samar-samar. Sampai saat ini masih belum jelas
mengenai ciri khusus pola asuh (rearing practice) yang ideal bagi anak.
Seperti umur berapa seorang anak sebaiknya mulai diajarkan membaca,
menulis, sesuai dengan kematangan secara umum dan tidak memaksakan.
Tujuan mendidik, menumbuhkan dan memperkembangkan anak adalah agar
ketika dewasa dapat menunjukan adanya gambaran dan kualitas kepribadian
yang matang (mature, wel-integrated) dan produktif baik bagi dirinya,
keluarga maupun seluruh masyarakat. Peranan dan tanggung jawab orang tua
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak adalah teramat penting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar